Laman

Saturday, April 28, 2012

cuma bercanda kok

"Iya ma, keponakanku yang meninggal." bisik sahabatku pelan, ketika kutanya kebenaran sebuah cerita yang sedang banyak dibicarakan di smp kami.
"sedih sekali, padahal dia anak satu-satunya yang sangat disayang kedua orangtuanya." Kami berdua hanya menghela nafas panjang dan memandang ke langit tanpa fokus.
"padahal dia mau ulangtahun." lanjutnya lagi. "Beberapa hari yang lalu, dia minta ayahnya untuk membelikan obat pemutih. Katanya, dia malu dikatain temen-temennya hitam. Dia mau merayakan ulangtahun dengan kulit putih. Ayahnya lalu membelikan dia obat itu. Padahal harganya mahal lho. Lebih dari 100 ribu untuk satu tablet."
Aku pun menggeser dudukku, mencondongkan badanku uintuk mendengar ceritanya..

"Dia sangat bersemangat. Tetapi ternyata, dia sangat ingin segera putih. Dia melupakan takaran yang seharusnya dia konsumsi dan dia minum obat itu lebih banyak dari seharusnya." Dia berhenti sejenak, menerawang jauh dan menahan tangisnya.
"Kemarin dia meninggal, dengan keadaan yang menyedihkan. Entahlah, bagaimana perasaan kedua orang tuanya." Dia berhenti bercerita. Kulihat air mata sudah menumpuk di ujung matanya.

Ya, itu kisah nyata yang terjadi 5 tahun lalu. Meski dengan redaksi yang berbeda, tetapi memiliki satu inti cerita. Seorang remaja meninggal over dosis karena ia malu bertubuh hitam! 

Berhenti, tentang fisik. 

Tere Liye, ketika hari autis sedunia, lewat account facebooknya pun pernah mengatakan : 
"Hari ini, 2 April, adalah Hari Autis Sedunia (World Autism Awareness Day), dengan senang hati sy menghimbau agar kita semua berhenti menggunakan kata 'autis' utk sebuah idiom, kiasan, analogi, meskipun itu tidak diniatkan buruk. Cukuplah sy yg pernah amat menyesal telah menggunakannya tanpa sengaja dalam sebuah tulisan. Jadi jgn gunakan kata2 itu di status, tweet, catatan, tulisan, kecuali memang merujuk makna autis yg sebenarnya."

Tak bisakah, kita berhenti bercanda tentang fisik? tak bisakah kita tidak tertawa ditengah rasa malunya? Memang semua orang suka bercanda, tentawa bersama, tapi percaya pada saya, tidak ada orang yang suka dihina. Apalagi tentang fisik. Dia mungkin memang tertawa ketika kau mengatainya, tapi mungkin dihatinya muncul rasa malu, rasa menyesali keadaannya, dan mungkin juga rasa marah. 
Kata mario teguh : 
"Tuhan itu tidak menciptakan produk cacat. tidak menciptakan produk KW." 

Jadi,sebenarnya yang manusia sebut sebagai kekurangan, yang manusia sebut sebagai kecacatan, ya hanyalah sebutan yang dibuat oleh manusia. 
Seorang teman saya pun pernah bercerita pada saya : 
"Nourma, memang ya, kita tak berhak untuk sombong dengan tubuh kita. Kata mentorku, kita itu adalah jiwa yang terpenjara dalam sebuah tubuh. Kita nggak bisa milih, dan nggak bisa berganti tubuh." 

Pun, kalau memang diminta memilih, tentu orang akan memilih fisik paling sempurna. Sesempurna Nabi Yusuf kalau bisa. Tapi, sekali lagi, apa daya... 


Dan saya yakin, jawaban untuk pertanyaan di atas adalah BISA. Mari kita bercanda yang beradab. Mari bergurau tanpa mepermalukan sahabat kita. Mari tertawa bersama tanpa ada yang terluka. Meniru kata-kata Tere Liye di atas :  Dengan senang hati sy menghimbau agar kita semua berhenti bercanda menggunakan kelemahan fisik, meskipun itu tidak diniatkan buruk. :) 

:) :) :) 


Suatu hari Aisyah pernah berkata kepada Rasulullah saw, "Shafiyah itu begini," katanya sambil memberi isyarat dengan tangannya untuk menunjukkan postur tubuh Shafiyah yang pendek. Rasulullah kemudian bersabda: "Engkau telah melontarkan sebuah kata, yang jika kata itu dicampurkan ke dalam air laut, maka ia akan menyebabkan seluruh lautan menjadi keruh."

No comments:

Post a Comment