Aku belum pernah tahu rasanya menjadi orang tua. Menjadi ayah
dan ibu.
Aku belum pernah tahu rasa cemas dan was-wasnya menjadi seorang
ibu yang harus merawat kehamilannyanya. Harus menghitung asupan nutrisi kandungannya.
Harus menimbang perkembangan berat badannya. Dan harus mengingat jadwal kontrol
dokternya. Dan masih harus menahan pegal-pegal di punggung karena beban di perut
yang makin hari main berat saja.
Aku belum pernah tahu rasanya khawatir melihat pasangan
mual-mual setiap paginya. Rasanya bersusah
payah mencari kebutuhan mengidam
istrinya. Dan rasanya harus bersabar menghadapi sikap moody istri karena rasa
badan tak karuan akibat kehamilannya.
Aku belum pernah tahu rasanya harus bekerja keras untuk dapat
memenuhi nutrisi kehamilan saat ini dan menabung untuk biaya persalinan beberapa
bulan lagi –dengan juga mempersiapkan segala
kemungkinan biaya persalinan termahal- dan
juga untuk kehidupan setelahnya.
Aku belum pernah tahu rasa sakitnya jadi seorang ibu yang
hendak melahirkan dan harus terus mengejan meski lemas dan lelah kehilangan
tenaga demi lahirnya buah hati tercinta. Dan rasa cemasnya seorang ayah
melihat-menunggui-menyemangati istrinya yang sedang berjuang, ditemani kemungkinan
anak-istrinya bisa saja direnggut maut.
Aku belum pernah tahu rasanya harus tetap bekerja, bahkan
harus lebih keras, ketika bayinya masih harus diberikan asi dan seharusnya
tidak lepas dari kedua orang tuanya, karena si bayi tak bisa apa-apa bahkan tak
cukup paham dengan apa yang dia sendiri inginkan.
Aku belum pernah tahu
rasanya menghadapi anak balita yang sedang pesat tumbuh dan bertingkah polah
tak bisa diam. Terus merengek minta ini dan minta itu, sedangkan menjadi orangtua
harus menyeimbangkan antara memenuhi keinginan dan tidak memanjakan.
Aku belum pernah tahu rasanya harus membagi-bagi penghasilan
demi pendidikan anak di masa depan.
Aku belum pernah tahu rasanya lelah bekerja seharian dan di rumah
masih harus menemani anak-anak yang
ingin mengajaknya bermain. Bahkan kadang harus bersambut dengan kakak adik yang
sedang mempertengkarkan hal yang sebenarnya tidak berguna.
Aku belum pernah tahu rasanya berkemungkinan ekonomi bulan
ini menghimpit sedangkan kebutuhan sekolah anak-anaknya semakin hari semakin
besar saja.
Aku juga belum tahu rasa jadi orang tua melihat anak yang
dibesarkannya tumbuh dewasa dan suatu saat harus pergi meninggalkan rumah
begitu saja. Demi masa depan katanya.
Aku belum tahu rasanya menjadi orang tua. Menjadi ayah dan
ibu.
Aku hanya bisa membayangkan untuk sekarang. Tapi aku tahu satu
hal, menjadi orang tua tidaklah sepenuhnya mudah. Ya kan, Yah, bu..?
Yah, Bu, esok hari adalah hari yudisiumku. Hari dimana
secara resmi aku akan melepas titel mahasiswaku untuk saat ini.
Terima kasih atas segala kasih sayang dan usaha keras kalian
hingga aku dapat berdiri di titik ini.
Jika saja berbakti memiliki arti harus membalas apa ya ang
telah orangtua berikan, maka sungguh tak akan ada secuil pun bayaran yang
sanggup kami –anak-anak – berikan, pun kami memberimu semesta dan isinya.
Maafkan atas terlalu sering mengecewakan. Dan maaf atas
sangat sedikit sekali rasa bahagia yang dapat kami berikan.
Semoga Tuhan Semesta Alam selalu
melimpahkan kebahagiaan dan kasih sayangnya kepada kalian. Semoga kalian
selalu dalam lindunganNya. Semoga semuanya berbalas dengan surga tertinggi dariNya.
Wah mbak stik nour selamat yaaa... Semoga bisa menjadi abdi keuangan negara yg baik...
ReplyDeleteaamiin, terima kasiiihhhh... :)
Deletenour yudisium.... hiks hiks, terharu
ReplyDeleteDani semanggi, semangat tinggi :')
Delete