Pagi ini, entah
karena sebab apa, saya teriring untuk membuka kalender meja saya. Membolak-balik
entah sebenarnya mencari apa. Kemudian saya
menemukan suatu lingkaran di bulan Juli. Ah, ramadhan! Saya menghitung mundur.
Mengurangi dengan jumlah hari sampai pada hari ini. 100? Tepat 100? Rasanya tak
percaya, saya mengulangnya lagi. Kali
ini dengan menghitung satu persatu angka disana. Dan benar, 100. Hari ini tepat
seratus hari jarak kita dengan ramadhan saudarakuu!! :”)
Semoga kita
semua disampaikan pada ramadhan, saudaraku.
Saya mengingat
kembali. Ramadhan lalu pencapaian apa yang berhasil saya bawa pulang. Seperti sistem
mengumpulkan poin yang diterapkan oleh operator telepon saya, saya ingat
bagaimana saya
menghitung poin, berharap cukup untuk ditukarkan dengan hadiah yang saya cita-citakan. Dan saya masih sangat ingat, bagaimana saya menyesal ketika ramadahn usai. Beberapa target yang tak tercapai, list yang belum sepenuhnya tercoret tanda purna terlaksana, dan hati si ulat yang jauh dari proses ikhlas meng(k)epompongkan diri untuk berusaha menjadi kupu-kupu.
menghitung poin, berharap cukup untuk ditukarkan dengan hadiah yang saya cita-citakan. Dan saya masih sangat ingat, bagaimana saya menyesal ketika ramadahn usai. Beberapa target yang tak tercapai, list yang belum sepenuhnya tercoret tanda purna terlaksana, dan hati si ulat yang jauh dari proses ikhlas meng(k)epompongkan diri untuk berusaha menjadi kupu-kupu.
Hari ini seratus
hari menuju ramadhan, saudaraku. Semoga Allah berikan ramadhan yang lebih baik
pada kita.
Ah, habits.
Sejurus kemudian, saya inget buku Ustadz Felix Siauw. Saya mencari di rak buku
saya yang hampir roboh karena sesak. Tidak ada. Saya berbolak-balik di kamar,
mengingat dimana saya meletakkannya.
Oh, di kamar
bawah. Saya berburu menuju kamar bawah, meminjam sebentar buku yang dipinjam.
Yap, dan ini diaa “how to master your habits” . Semoga ramadhan kita bisa lebih
baik saudaraku :)
gambar dari goodread yang sekarang udah dibeli sama amazon :D |
Bagian pertama, setelah cover, muqaddimah dan prolog, buku ini menceritakan tentang Imam Asy-Syafi’i.
Pendiri mazhab Syafi’i ini juga kita kenal dengan hafalan Al-Qurannya yang
hebat bukan? Hafal Al Quran sebelum usia 7 tahun, menghafalkan kitab
Al-Muwaththa’ Imam Malik pada usia 12 Tahun, hafal nasab dan sejarah arab
menyamai Ibnu Hisyam, dan belum ribuan syair yang juga beliau hafal.
Subhanallah.
Ada juga sosok
Ath Thabari, sejarawan penulis 40 lembar perhari selama 40 tahun dengan salah
satu karyanya Tarikh Ar-Rasul wa Al-Mulk yang diterjemahkan dalam bahasa
Inggris dalam 40 jilid. Ketika membaca bagian dari tulisan ustadz Felix yang ini,
sungguh saya membayangkan, Ath Thabari bahkan memiliki ruang luas yang penuh sesak
dengan tumpukan buku, dan semuanya adalah dia yang menulisnya.
Kehebatan khalid
bin Walid dengan kemampuan berperang, Siti Aisyah dengan hafalan haditsnya, Abdurrahman bin Auf dengan sumbangan hartanya,
Umar bin khatab, Muhammad Al-Fatih, semuanya lengkap dituliskan di sini, di bab
Greet Them! ‘The Inspirator’. Hingga kita semua seperti dipastikan akan
berdecak kagum. Dan kemudian jaaang...part setelahnya
dari bab ini, adalah belokan selanjutnya dari kita merasa kagum atas
sosok-sosok tadi.
“Mungkin pernah terbersit dalam diri kita, mengapa ada orang yang punya begitu banyak keahlian sementara kita hampir-hampir tidak memiliki apapun. Atau ada orang yang tanpa belajar sudah mendapatkan hasil yang memuaskan, sementara kita belajar sangat keras namun mendapatkan hasil yang tak sesuai?”
Akhir part
pertama, dikatakan Ustadz Felix bahwa dalam buku ini beliau ingin berbagi bahwa
bukan bakat yang lebih berpengaruh dalam keahlian (atau ketidak-ahlian)
seseorang, melainkan sesuatu yang lain yang selanjutnya akan kita kenal sebagai
habits.
Setelah part pertama, kita akan
menemukan sepenggal cerita tentang ustadz felix yang mualaf dalam My Story. Dan
bagi saya, ustadz Felix yang memulai dari nol dengan menjadi mualaf di usia 18
tahun dan kini telah berdiri sebagai pendakwah yang dicari-cari adalah salah
satu dari great inspirator seperti yang
diceritakan sebelumnya.
Selanjutnya adalah
bagian introducing habits dan everything are habits. Yang sangat menarik dari
bagian Everything are habits adalah
masalah literatur arab. Ustadz felix akan mengajarkan kita metode “Membaca-Arab-Gundul-Kurang-Dari-Satu-Menit-Dijamin-Bisa”.
Tertarik? Penasaran? Begitu pula saya ketika membaca bagian ini.
Lalu
bagaimana hasilnya? Apakah metode ini berhasil? Saya iya, dan nanti ketika anda
berada di posisi itu –mencoba metode tersebut- , saya sedang berdiri di belakang
ustadz Felix, ikut menjamin bahwa dengan metode ustadz felix, anda akan bisa
membaca arab gundul kurang dari satu menit. :P
The
Nature of Habits : automatically adalah bagian kelima dari buku ini. Habits ibarat
autopilot. Dituliskan bahwa dalam suatu penelitian dari 11.000 sinyal yang
diterima manusia, hanya 40 yang diproses secara sadar, sedangkan sisanya
diproses secara otomatis. Penelitian lain, setidaknya 95% respon manusia
terhadap suatu kondiri tertentu terjadi secara otomatis. Artinya, mulai dari
berfikir, sikap mental, mood, cara makan, bersikap berbicara, membaca,
berbahasa, sampai pada kreativitas dan produktifitas, semuanya adalah habits.
Bagian
ini kemudian memberikan beberapa contoh seperti kebiasaan cara makan telor --yang
kemudian membuat saya ingat bagaimana saya beberapa kali berdebat dengan kakak
saya ketika kecil mengenai bagaimana cara makan salak yang benar, ujungnya dulu
atau bawah dulu--, kebiasaan menggunakan kata-kata, kebiasaan muslim dan non muslim,
sampai kebiasaan menggiring bola.
“Maka jangan harap kita bisa berinfak dalam keadaan sulit apabila kita tidak melatihnya dalam keadaan lapang, jangan bermimpi memilki keberanian berjihad sama seperti Mus’ab bin Umair ketika kita tidak melatih keberanian kita sekarang... Sama seperti syahadat di waktu akhir hayat kita, Insya Allah kita semua menginginkannya, maka kata-kata itu akan meluncur dengan mudah karena ketika hidup, bibir kita senantiasa kita latih untuk terbiasa mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, sehingga otomatis akan terucap ketika kita sakarotul maut”.
Semoga.
Lima
bagian tadi baru 15, 97633% bagian dari buku ini. Sedikit sekali. Ini sungguh
sulit jika disebut resensi. Saya bahkan harus menahan diri untuk tidak
menuliskan banyak bagian dari buku ini. Hampir-hampir yang saya lakukan adalah
menulis ulang semua bagian buku di sini. Ah, saya berharap semoga saya bisa
membagi bagian sisanya suatu saat dan semoga kita semua berkesempatan membaca
dan mendapat manfaat.
Ini
seratus hari menuju ramadhan saudaraku, semoga kita disampaikan padanya.
Jika tadi
dikatakan 95% kelakuan kita adalah habits, maka 95% ramadhan kita sesungguhnya juga
dari hasil habits ramadhan kita. Saya banyak menyesal ramadhan lalu, dan saya
ingin memperbaikinya. Bagaimana dengan kamu? Maka dari pemahaman saya, jika 95%
ramadhan kita dalah habits, maka yang kita butuh lakukan hanyalah mengubah
habits ramadhan kita. Bisakah?
Ini
adalah bocoran sedikit dari hal paling inti tentang habits yang dituangkan
dalam buku How to master your habits ini : Ayah dari habits adalah latihan dan
ibunya adalah pengulangan ; Kita harus punya strong why ketika ingin mengubah
habits –semoga demi ramadhan yang lebih baik adalah alasan yang cukup ya ; How
many days? Sederhananya batas minimal adalah 30 hari –kita masih punya 100
teman :) ;
Mulailah dari habits kecil dan sisipkan pada habits lain yang sudah solid.
Poin terakhir tapi (mungkin) yang paling
penting, menjadikan ramadhan depan kita lebih baik itu masalah nak atau tak nak,
mau atau tidak mau. Ketika menginginkan sesuatu kita butuh untuk
mengusahakannya kan? Semoga kita semua disampaikan pada ramadhan kita dan
semoga ramadhan kita menjadi ramadhan yang jauh lebih baik dari
ramadhadn-ramadhan kita sebelumnya.
Sukses
dengan seratus hari kita menuju ramadhan lebih baik kita teemaaaans!
\^o^/
“Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas-orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al Baqarah :183)
“Sesungguhnya,
orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur,
dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi
minuman)."
(Q.S. An Naba :31-34)
No comments:
Post a Comment