“mamaku kadang nglarang aku naik gunung,
padahal sering cerita juga ke tetangga kalo aku udah naik gunung ini itu” –seorang
teman akrab, pecinta alam-
“anakku, alhamdulillah, nggak
terlalu nakal mbak. Mau sekolah.” –ayah seorang teman, di hajatan teman-
“anak saya sekolah di SMA Negeri
1 Klaten. Teman-temannya banyak yang nggak diterima.” –seorang ibu, teman duduk
di kereta.-
“kalo saya di jakarta, usaha di
rumah yang handle anak pertama saya mbak. Jadi tenang...nanti kalo mbak mau
pesen buat rumahnya, ke saya aja ya mbak.” –bapak kenalan yang punya bisnis las-
“Alhamdulillah, ya paling tidak
anakku yang nomor satu udah bisa cari duit. Kerjanya di kapal mbak.” –bapak di stasiun
tanah abang-
“Anakku kemarin yang kelas 6 tes
IQ. Dapet skor 135. Yah, lumayan laah” | “135 itu tinggi lho pak” | “oya? Iya sih di sekolah dia daper peringkat
terus. Mbak emang Iqnya berapa? “ | “.....”
–bapak di restorasi kereta-
“Sekarang dimana mbak?” | “sekolah di jakarta mbah” | “si fulanah juga
ada di jakarta lho mbak. Alhamdulillah udah punya kerjaan. Habis lebaran dia
mau nikah lho. ” -simbah tetangga,
sepulang dari mushola.
“untungnya anak saya tegar mbak. Bapak
ibuknya cerai , manut mau ikut ibu tirinya” –mbak-mbak di stasiun pondok ranji-
“dedek bayi nggigit sampai luka.
si fulanah menyusui sambil nangis-nangis. Saya bilang, kalo nggak kuat ya udah.
Tapi kata dia, kasian dedek bayi” –budhe, menceritakan mbak sepupu. Salut!-
“anakku yang cowok paling
perhatian. Dia perhatian banget sama mamanya. Tadi sebelum berangkat aja,
katanya nanti mama beli makan malam di restorasi aja. Di sana nggak mahal kok” –ibu
di kereta, tempat duduk seberang.
“alhamdulillah, sekarang si fulan
kuliah di UGM mbak. Dapet beasiswa bidik misi. Sekolah bukan saya yang mbayari,
dan udah punya uang saku sendiri juga.” –ayah teman SD di jalan-
“pas saya jatuh, anak saya
berulang kali berkata ‘it’s oke mom, everything is fine’ sambil terus niup-niup
luka saya. Padahal cuma tergores agak merah” –mommy silly, twitter.
“tadi pagi, anakku pamit mau ke bogor 3 hari.
Kegiatan kampus katanya. Dia memang aktif banget di BEM UI” –bu dosen-
Mengabaikan sisi pamernya –toh niatan
pamer adalah masalah hati masing-masing. Mari melihat pada salah satu sisi
lainnya. Luar biasa bukan? Mereka semua berbangga terhadap anak-anaknya. Yang
melalui izinNya, para orang tua berbangga melalui jalan masing masing. Para
orang tua pun tak hanya berbangga pada keberhasilan besar. Lebih dari itu,
mereka bahkan berbangga pada hal baik kecil nan sepele. Ah, mereka memang manusia
luar biasa..
Pun jika kita tak mampu juara
kelas, orang tua tetap bangga kita telah bersekolah di sekolah unggulan. Pun tak
sekolah di sekolah unggulan, orang tua akan berbangga karena kita masih mau
sekolah. Pun tidak lagi bersekolah, mereka akan tetap bersyukur mempunyai kita,
anaknya. J
Jadi, mari berjuang menjadi yang
terhebat di setiap jalan yang mampu kita usahakan dan mari membuat orang tua
kita bangga dan bahagia lewat sebanyak mungkin jalan yang kita bisa..
Sip sip? :’)
siiip
ReplyDelete